LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP)
PDGK 4501
TENTANG
UPAYA MENINGKATKAN MINAT
HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE- A MATCH PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR DI KELAS V SDN MULYA JAYA
KECAMATAN REBANG TANGKAS KABUPATEN WAY KANAN
OLEH:
NAMA : INDRA KAMDANAS
NIM : 816946479
PROGRAM STUDY : S.1 PGSD
MASA UJIAN : 2012.2
POKJAR : KASUI WAY KANAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BANDAR LAMPUNG
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Laporan : Upaya Meningkatkan Minat Hasil Belajar
Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make- A Match Pada Mata Pelajaran
Matematika Tentang Bangun Datar Di Kelas V SDN Mulya Jaya Kecamatan Rebang Tangkas
Kabupaten Way Kanan.
Nama : INDRA KAMDANAS
NIM :
816946479
Tempat Tugas : SDN Mulya Jaya Kampung Mulya Jaya
Supervisor Penulis
I NYOMAN PEJI, S.Pd INDRA KAMDANAS
NIP. 19691112 199308 1 001 NIM. 816946479
KATA PENGANTAR
Wajib penulis bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena hanya dengan segala karunia-Nya sehingga laporan ini dapat disusun
dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan laporan ini merupakan tugas yang harus
dikerjakan pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP), Program
Studi S-1 PGSD Universitas Terbuka.
Dengan selesainya penulisan laporan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed selaku Kepala UPBJJ – Bandar Lampung;
2. Bapak
I Nyoman Peji, S.Pd selaku pembimbing dalam menyusun laporan ini;
3. Ibu
Sri Sediyahningsih, S.Pd selaku pengelola Pokjar Kasui;
4. Bapak
Kamsuri, A.Ma.Pd dan Ibu Asmiati selaku orangtuaku yang telah memberi bantuan
secara moril maupun materil;
5. Rekan-rekan
sejawat yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan PTK hingga penyusunan
laporan ini;
6. Riska
Yulia selaku pemotivasi dalam pembuatan laporan PKP ini;
7. Pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Semoga amal baiknya mendapat ridho dan pahala dari
Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga
laporan ini akan berguna bagi pembaca semua dan bagi penulis sendiri tentunya.
Rebang
Tangkas, 01 November 2012
Penulis,
INDRA KAMDANAS
NIM. 816946479
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
Judul ................................................................................................. i
Lembar
Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata
Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar
Isi ......................................................................................................... iv
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan
Perbaikan ................................................................................ 2
D. Manfaat
Perbaikan .............................................................................. 3
II. KAJIAN
PUSTAKA
A. Model
Pembelajaran Make – A Match ............................................... 4
B. Alat
Peraga dalam Kaitannya dengan Media Pembelajaran ............... 7
C. Fungsi
Alat Peraga ............................................................................. 7
D. Hasil
Belajar Siswa ............................................................................. 9
E. Motivasi
Belajar .................................................................................. 11
III. PELAKSANAAN
PERBAIKAN
A. Subjek
Penelitian ................................................................................ 13
B. Deskripsi
Per Siklus ............................................................................ 14
IV. HASIL
PENELITIAN
A. Hasil
Penelitian ................................................................................... 18
B. Deskripsi
Hasil Penelitian ................................................................... 19
C. Hasil
dari Setiap Siklus ....................................................................... 19
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
......................................................................................... 20
B. Saran
................................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Semakin
merosotnya kualitas lulusan sekolah dasar merefleksi semua aspek pendukung atau
penyebab ketidak berhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berbagai
masalah yang semakin banyak memerlukan managemen untuk mengidentifikasinya agar
tepat sasaran dalam menerapkan inovasi-inovasi pembelajaran bidang studi dalam
kelas.
Inovasi
diperlukan bukan saja dalam bidang tekhnologi, tetapi di segala bidang termasuk
pengetahuan (kognitif) dan afektif agar
dapat mengembangakan pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil
yang maksimal.
Dari
karateristik siswa yang beragam dan berganti setiap tahunnya, situasi dan kondisi yang berubah-ubah, permasalahan
strategi dan metode yang harus senantiasa mengarah pada penyelesaian terhadap
situasi pembelajaran, materi dan kondisi siswa saat itu sendiri dan lain-lain.
Persoalan
di atas menuntut kepiawaian dan keahlian guru demi terwujudnya tujuan
pembelajaran. Apalagi bila dikaitkan dengan tuntutan belajar tuntas, maka
setiap siswa diupayakan untuk mencapai batas minimal ketuntasannya. Ini sudah
menjadi tanggung jawab guru sehingga dituntut untuk selalu merefleksi,
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajarannya.
Pada
pembelajaran Matematika tentang cara menurunkan dan menentukan luas bangun
datar dengan 11 siswa menjadi tanggung jawab penulis tidak luput dari segala
permasalahan pembelajaran. Latar belakang siswa yang beragam suku dan dari
berbagai kelompok ekonomi dan pada umumnya lebih dari 75% ekonomi lemah, sarana
dan dan prasarana belajar yang kurang memadai, lemahnya daya dukung orang tua
terhadap pendidikan anak, kurangnya semangat siswa mengikuti pelajaran, siswa
lebih banyak pasif bila dalam kelas dan hasil ulangan yang cukup standar yaitu;
80 – 100 = 18,2%, 60 – 79 = 36,4%, < 59 = 45,5%.
Situasi
pembelajaran pada saat ini tidak lebih dari pembelajaran sebelumnya, guru
menyampaikan materi dengan ceramah bervariasi, tanya jawab, siswa mengerjakan
LKS dan membuat rangkuman. Penulis berupaya untuk meminta teman sejawat
mengamati dan memberi masukan pada pembelajaran tersebut guna meningkatkan mutu
hasil belajar siswa.
Dari
hasil penulis dan pengamatan teman sejawat diperoleh kesepatakan bahwa pada
pembelajaran yang penulis lakukan memang kurang menarik minat siswa karena guru
sudah menggunakan alat peraga tetapi guru lebih banyak beraktivitas
(menjelaskan dan bertanya) dibandingkan siswa, materi yang disuguhkan kurang
bervariasi. Hal ini yang kira-kira menjadi focus permasalahan sehingga hasil
belajar siswa tidak memuaskan.
Upaya
yang akan diujikan dalam bentuk PTK dari latar belakang itu disepakati untuk
menggunakan alat peraga dan mengobah metode ceramah menjadi metode diskusi
dengan harapan siswa lebih tertarik dengan materi, meningkatkan aktivitas sehingga
hasil belajar siswa pun lebih baik.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang di
atas adalah:
Apakah alat peraga Kertas
Berpetak dan Model Pembelajaran Make-A Match dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Matematika kelas V Semester II tentang Bangun Datar?
C.
Tujuan
Perbaikan
Tujuan perbaikan adalah:
1. Meningkatkan
daya tarik siswa terhadap materi pembelajaran
2. Meminimalisir
keabstrakan siswa dalam menerima materi
3. Meningkatkan
aktivitas belajar siswa
4. Meningkatkan
hasil belajar siswa
5. Mengembangkan
daya nalar peserta didik dengan maksimal
6. Sebagai
persyaratan mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional PDGK 4501 pada program
studi S.1 PGSD.
D.
Manfaat
Perbaikan
Perbaikan diharapkan bermanfaat bagi
semua pelaksana pendidikan:
1. Bagi
siswa dapat meningkatkan semangat aktivitas dan lebih mengaktualkan materi
sehingga meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi
gur udapat meningkatkan refleksi guru, memperbaikai mutu pembelajaran dan
meningkatkan kreativitas dalam menajar.
3. Bagi
sekolah memberi masukan untuk meningkatkan prasarana pembelajaran berupa alat
peraga.
4. Bagi
teman sejawat memberi bahan masukan dan kajian pembelajaran Matematika pada
umumnya serta memberi deskripsi tentang alat peraga.
5. Meningkatkan
kualitas lulusan sekolah dasar
6. Menyempurnakan
ketuntasan hasil belajar peserta didik.
7. Menuntaskan
tercapainya tujuan pendidikan nasional, khususnya dalam bidang studi Matematika.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Model
Pembelajaran Make – A Match
1. Pengertian
Model pembelajaran make a
match ini merupakan model yang dikembangkan oleh Lorna Curran, 1994.
Sebagaimana model yang lain, model ini merupakan model pembelajaran berkelompok
(Learning Community). Model ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan
mengikutsertakan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Pembagian kelompok dalam Make A Match ada dua kelompok yaitu kelompok pemegang masalah dan kelompok pemegang jawaban. Make And Match dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran dan pada semua tingkat pendidikan mulai dari SD sampai SMA.
Pembagian kelompok dalam Make A Match ada dua kelompok yaitu kelompok pemegang masalah dan kelompok pemegang jawaban. Make And Match dapat dilakukan untuk semua mata pelajaran dan pada semua tingkat pendidikan mulai dari SD sampai SMA.
Persiapan awal yang harus dilakukan
dalam model pembelajaran ini guru harus memberitahukan apa saja yang harus
dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian siswa mempunyai modal
awal dalam pembelajaran. Dengan modal awal materi pelajaran maka proses diskusi
dalam pembelajaran Make A Match dapat berlangsung dengan baik
Model Pembelajaran Make A Match
adalah suatu tipe Model pembelajaran Konsep . Model pembelajaran ini mengajak
murid mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan konsep melalui suatu permainan
kartu pasangan (Komalasari, 2010: 85).
2. Tahapan
Penerapan metode ini dimulai dari
teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Secara rinci langkah dalam
pembelajaran Make A Match menurut Lorna Curran (Komala Sari, 2010: 85) adalah sebagai berikut:
1)
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban. Kartu-kartu ini harus dirancang sedemikian rupa sehingga
kartu menarik perhatian siswa. Kita dapat menggunakan gambar kartun, atau
gambar dari majalah, internet atau sumber lain untuk sebagai materi. Guru dapat
juga menyiapan tulisan-tulisan dalam kartu yang dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh siswa. Tentukan bahasa yang
digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan. Secara standar gunakan
bahasa Indonesia yang baik yang benar. Jika materi ada kaitannya dengan gambar,
bagan, skema, dibuat sedemikian rupa jelas. Materi dapat juga dibuat dalam
bentuk pertanyaan atau soal, yang berkaitan dengan tuntutan SK atau KD yang
telah ditentukan. Soal disusun sedemikian rupa secara berjenjang dari C1 sampai
dengan C6 atau dari P1 s/d P4.
2)
Setiap peserta didik mendapat satu kartu. Sebelum kartu
dibagikan kita harus mengelompok siswa dalam dua kelompok yaitu yang memegang
kartu permasalahan atau materi dan memegang kartu jawaban. Setiap kelompok ini
dikelompokan lagi menjadi sesuai dengan kemampuan dan tingkat kesulitan masalah
yang dihadapi. Siswa yang berkemampuan tinggi akan dibagian kartu dengan
tingkatan kognitif yang lebih tinggi, demikian juga sebaliknya. Pembagian kartu
harus dibuat secara acak tetapi teratur sesuai dengan tingkatan masing-masing.
3)
Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang. Pada saat kartu dibagikan, beri mereka waktu antara 10 menit sampai
dengan 15 menit untuk memikiran permasalahan dan jawaban masing-masing dari
kartu yang mereka pegang. Mereka dapat mendiskusikannya dengan anggota kelompok
sesama pemegang kartu, mencarinya di buku, internet, peta, globe, kamus ,
catatan atau sumber belajar lain yang digunakan pada saat itu. Berikan kesempatan
agar semua dapat memikirkan soal dan jawaban pada setiap permasalahan yang ada.
4)
Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu
yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) Setelah persoalan dipecahkan, peserta
didikan saling mencari pasangan. Agar tidak terjadi kekacauan dapat dicari
secara bergiliran dengan memberikan kesempatan satu persatu kepada siswa untuk
membacakan soal atau permasalahan atau materi, setelah itu dapat mencari
pasangan masing-masing. Waktu pencarian diberikan waktu misalkan ada 10
persoalan maka point diberikan 10 s/d 1. Siswa yang menemukan pasangan pada 1
menit pertama diberi skor 10, pada 2 menit pertama di beri skor 9, pada 3 menit
pertama diberikan skor 8 dan seterusnya. Sampai dengan 10 menit terakhir. Atau
dapat juga setiap pasangan yang menemukan pasangan diberi skor 1.
5)
Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum
batas waktu diberi poin Point dapat diberikan sesuai dengan metoda di atas,
dengan memberikan skor secara bertingkat atau dengan memberikan skor 1 dan 0,
siswa yang dapat menemukan pasangan sesuai dengan waktu yang diberikan di beri
skor 1 dan yang tidak berhasil menemukan jawaban diberi skor 0.
6)
Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta
didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Selanjutnya kartu di kocok
dan diberikan secara acak sesuai dengan tingkatan kemampuan masing-masing.
Kembali diberi keseempatan dalam kelompok, jika anggotannya lebih dari 1 orang.
Kemudian kembali ke langkah 4 dan 5.
7)
Demikian seterusnya, lakukan secara berulang sampai waktu
pembelajaran selesai. Siapa saja yang menjadi juara berilah mereka apresiasi,
agar di lain kesempatan lebih baik. Berilah motivasi bagi yang belum berhasil.
8)
Kesimpulan/penutup.Setelah selesai buatlah kesimpulan secara
bersama-sama.
3. Kelebihan
Model pembelajaran make and match memberikan manfaat bagi
siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar
aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan
lebih menarik perhatian siswa
3. mampu meningkatkan hasil belajar
siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.
4. Kelemahan
Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran
kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit
kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi
jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat
yang memadai.
B.
Alat
Peraga Dalam Kaitannya Dengan Media Pembelajaran
Media
adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memperjelas materi atau memcapai
tujuan pembelajaran tertentu (Sitomorang dan Suparman, 1998). Ada dua jenis
alat peraga yaitu alat peraga bantu pembelajaran (instructional aids) dengan media
pembelajaran (instructional media).
Media
pembelajaran sebagai alat bantu sesuai dengan fungsinya pada pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu alat perga dan sarana. Sebagai alat peraga
medua pembelajaran itu membantu siswa memahami konsep dalam wujud yang konkret.
Sedangkan yang masuk dalam kelompok sarana berfungsi membantu terjadinya proses
belajar siswa (Estiningsih, 1994)
Menurut
Djanmarah Zain (2007) media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau
informasi pesan. Mdia adalah sebuah menuh perantara atau pengantar saja. Media
adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan pesan. Pesan itulah yang
harus dapat sampai pada peserta didik.
Menurut
Anderson dalam Kusumah (2000:294) media adalah perlengkapan yang digunakan untuk
memperjelas pesan dana memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa dengan
pesan interaksi akan berjalan baik, bila media pembelajaran yang digunakan
dapat menyampaikan pesan yang kita inginkan. Jadi pengertian media adalah
segala Sesuatu yang dapat/bisa menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada
penerima.
C.
Fungsi
Alat Peraga
Pada
proses pembelajaran tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang
konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Karena itu, alat peraga memiliki
peran yang sangat penting untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan
menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Alat peraga dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran,
pelaksanaan, perhatian, dan minat sehingga proses pembelajaran terjadi.
Media
pembelajaan yang berupa alat peraga yang digunakan mempunyai kelebihan bagi
distribusi pembelajaran yang besar pegalamannya bagi siswa alat peraga dapat
memberikan perjalanan langsung maupun dalam bentuk yang tidak sesungguhnya
karena ada alat peraga yang tidak mudah untuk dibuat sesuai dengan aslinya.
Selain itu alat peraga memungkinkan siswa melakukan observasi minimal bentuk
yang sederhana dan berpartisipasi dalam pembalajaran. Partisipasi adalah kunci
sukses dalam mencapai tujuan.
Pembelajaran,
baik partisipasi fisik maupun mental. Yang paling penting alat peraga akan
menghilangkan verbalisme dalam konsep pembelajaran sehingga konsep dapat dengan
mudah dipahami siswa.
Manfaat media
pembelajaran antara lain:
1.
Penyampaian materi dapat
diseragamkan
2.
Proses pembelajaran
menjadi lebih jelas dan menarik
3.
Proses pembelajaran
menjad lebih interaktif
4.
Efisien dalam waktu dan
tenaga
5.
Meningkatkan kualitas
hasil belajar
6.
Media memungkinkan
proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
7.
Media dapat menumbuhkan
sikap positf siswa terhadap materi dan proses belajar.
8.
Mengubah peran guru kea
rah yang lebih positif dan produktif
Manfaat
secara praktis media pembelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Media dapat membuat
materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit
b.
Media mengatasi kendala
keterbatasan ruang dan waktu.
c.
Media mengatasi
keterbatasan indra manusia.
d.
Media menyajikan objek
pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas.
e.
Informasi pelajaran
disajikan dengan media akan memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan
pada diri siswa.
Media
pembelajaran yang berupa benda adalah media yang paling umum dipakai dalam
pembelajarna karena sifatnya universal, mudah dimengerti dan tidak terlihat
oleh keterbatasan bahasa. Agar lebih bermanfaat dalam pembelajaran, maka benda
konkret hendaknya memenuhi syarat:
1.
Benda konkret yang
digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran
2.
Benda konkret tersebut
sederhana
3.
Benda konkret tersebut
mudah ditemukan dilingkungan sekitar siswa sehingga siswa sudah tidak asing
dengan benda konkret tersebut.
D.
Hasil
Belajar Siswa
Evaluasi
merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi),
pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkatan hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan
belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Penilaian
evaluasi dilakukan oleh seseorang guru untuk mengetahui tingkat pengetahuan
awal, kecakapan siswa, dan program pengajaran. Evaluasi dapat dilakukan awal
untuk mengetahu sejauh mana tingkat pengetahuan awal siswa, dan uji dari proses
pembelajaran yaitu untuk mendapat gambaran kecakapan, penyerapan dan suatu
penyajian yang telah dilaksanakan pada akhir pelajaran.
Morktijat
(1992 : 60) mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan dan
sikap sebagai berikut:
1. Evaluasi
belajar pengetahuan, dapat dilakukan dalam ujian tulis, lisan dan daftar isian
pernyataan.
2. Evaluasi
belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis
keterampilan, analisis tugas, serta evaluasi oleh peserta didik sendiri.
3. Evaluasi
belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dan diri sendiri,
daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program dan sekala
deferensial sematik.
Evaluasi
harus ditujukan untum mengetahui tercapai tidaknya kompetensi dasar yang telah
ditetapkan dalam kaitannya dengan kompetensi hasil belajar. Dengan komptensi
dasar dapat diketahui tingkat penguasaan materi standar kompetensi oleh peserta
didik, baik yang menyangkut aspek intelektual, social, emosional, spiritual,
kreaktivitas dan moral.
Tujuan
pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa. Pengertian hasil belajar
siswa bermacam-macam. Ahmadi (1984:21) mengatakan bahwa hasil belajar suatu
hasil yang dicapai dalam suatu usaha belajar dan perwujudan hasil belajar siswa
dapat dilihat pada nilai yang diperoleh setiap mengikuti tes.
Hamalik
(1982:199), mengatakan bahwa factor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:
a.
Factor internal, yaitu
tujuan, minat, itelegensi, aktivitas, kesehatan dan kebiasaan belajar.
b.
Factor eksternal, yaitu
lingkungan keluarga dan masyarakat
Winkel
dalam Kusairi (1998:14), factor-faktor yang yang mempengaruhi hasl belajar
dibagi menjadi empat factor yaitu:
a.
Factor siswa, yaitu
taraf itelegensi, aktivitas, kesehatan dan kebiasaan belajar.
b.
Faktor eksternal, yaitu
lingkungan keluarga dan masyarakat.
c.
Factor sekolah sebagai
institusi, yaitu sarana dan prasarana belajar, pengelolaan, pimpinan sekolah.
d.
Faktor situasional,
yaitu keadaan waktu, lokasi kegiatan belajar mengajar, iklim atau cuaca.
Gagne
dalam Poetiyan (1982:136) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh
seseorang setelah belajar berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang setelah
mengalami suatu proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil
dari proses pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor
yang diperoleh siswa melalui interaksi dengan lingkungannya dan suatu kondisi
tertentu.
Dengan
demikian hasil belajar adalah selaga bentuk hasil belajar siswa yang tercermin
adanya perubahan seseorang baik perilaku maupun pengasaan materi pembelajaran
yang diperoleh melalui proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut dapat
berbentuk : keterampilan, sikap, pengetahuan dan nilai yang dipengaruhi oleh
beberap factor yaitu lingkungan social, lingkungan budaya, lingkungan fisik,
lingkungan spiritual, jasmaniah, rohaniah, psikologi dan kematangan fisik.
1.
Aktivitas siswa dalam
melihat, memperhatikan proses pembelajaran.
2.
Aktivitas anak dalam
bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan
3.
Aktivitas siswa dalam
kegiatan kelompok
4.
Kemampuan siswa dalam
memahmi konsep
5.
Kemampuan siswa
menggunakan konsep dalam pemecahan masalah.
Dengan
demikian kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar siswa akan
aktif, kreatif dan meningkat pemahamannya terhadap konsep yang diajarkan.
Dilain
pihak tingkat motivasi dalam proses pembelajaran salah satu factor yang
menentukan hasil belajar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penerapan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran dan selanjutnya memungkinkan terjadinya
peningkatan hasil belajar siswa.
E.
Motivasi
Belajar
Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan
anak kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu
dapat tercapai (Sardiman, 1992:75).
Motivasi
adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
menjadi motivasi belajar adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang
untuk belajar. Pada umumnya persoalan motivasi adalah bagaimana menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi belajar agar presentasi belajar siswa dapat optimal.
Dilihat dari asalnya motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Motivasi
Instrinsik
b. Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
interinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang
bersangkutan, berupa rangsangan tanpa bantuan orang lain misalnya yang berupa
kebutuhan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari
luar, misalnya : yang berupa ganjaran, hukuman, persaingan/kompetisi. Motivasi
instriksik pada umumnya lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar
dari pada motivasi ekstrinsik.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan atau daya
penggerak dari dalam diri seseorang dan mendapat penguatan dari luar, jadi
motivasi itu sangat penting dalam pelajaran karena kurang pandai terhadap
pelajaran tersebut tetapi pada pelajaran lain dia sangat giat memperoleh nilai
baik.
Indikator motivasi
belajar diantaranya adalah :
1. Memberikan
sanjungan pada siswa
2. Membuat
proses belajar yang interaktif yang menyenangkan
3. Memberi
penilaian terhadap siswa aktif.
BAB
III
PELAKSANAAN
PERBAIKAN
A.
Subjek
Penelitian
a. Lokasi
Lokasi penelitian
adalah di SDN Mulya Jaya Kampung Mulya Jaya Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten
Way Kanan. Adapun jumlah siswa kelas V adalah sebanyak 11 anak.
No
|
Nama
|
Jenis
Kelamin
|
1
|
EKO SETIAWAN
|
L
|
2
|
ELSA MONICA
|
P
|
3
|
HENDRA SAPUTRA
|
L
|
4
|
INDAH KINANTI
|
P
|
5
|
ISTIKA YUNI
|
P
|
6
|
LITA PURWATIH
|
P
|
7
|
MARJUKI
|
L
|
8
|
SAPARUDIN
|
L
|
9
|
SRI MULYATI
|
P
|
10
|
RENI AZIZAH
|
P
|
11
|
ZULMAN
|
L
|
b. Mata
Pelajaran
Mata Pelajaran yang
dipilih untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran adalah Matematika tentang Bangun
Datar.
c. Waktu
Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan
perbaikan adalah dari tanggal 01 Oktober
2012 sampai dengan 13 Oktober 2012.
Jadwal per siklus kegiatannya adalah
sebagai berikut:
No
|
Hari
dan Tanggal
|
Mata
Pelajaran
|
Siklus
|
1
|
Senin, 01
Oktober 2012
|
Matematika
|
Siklus
1
|
2
|
Sabtu, 13
Oktober 2012
|
Matematika
|
Siklus
2
|
B.
Deskripsi
Per Siklus
1.
Rencana
Memperhatikan
identifikasi masalah dan rumusan masalah, penulis akan melaksanakan perbaikan
pembelajaran. Rencana perbaikan pembelajaran ini kan dilaksanakan dalam mencari
jalan keluar atau solusi serta mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran Matematika
kelas V SD Negeri Mulya Jaya.
Rencana
perbaikan pembelajaran dilakukan dua kali tatap muka, setelah diketahui data
awal hasil observasi. Adapun tahap-tahap renca perbaikan adalah sebagai
berikut:
·
Menentukan kelas
penelitian dan menetapkan siklus tindakan (yaitu 2 siklus)
·
Menetapkan waktu
pelaksanaan penelitian yaitu tanggal 01 Oktober 2012 dan 13 Oktober 2012.
·
Menetapkan materi
pembelajaran, sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
·
Menentukan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran serta menentukan materi pokok.
·
Menyiapkan Instrumen
yang diperlukan berupa tes dan catatan laporan
·
Menetapkan cara
pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat
observasi.
·
Menetapkan jenis data
yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan.
·
Menetapkan cara refleksi
yang dilakukan oleh observer yang terdiri dari seorang guru dan dilakukan
setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.
Pelaksanaan
perbaikan tersebut dilakukan untuk mata pelajaran Matematika sebagai mata
pelajaran eksak. Dengan harapan terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar
dengan digunakannya media gambar.
2.
Pelaksanaan
Dalam
melaksanakan pemantapan kemampuan professional, sejumlah kegiatan harus
dilakukan berulang-ulang mulai dari tahap orientasi pelaksanaan, tahap
observasi, refleksi, dan revisi merupakan serangkaian persiapan pelaksanaan.
Pelaksanaan
tindakan akan dilakukan untuk 2 siklus sesuai dengan yang ditetapkan:
Siklus
1 :
ü Mengadakan
pretest pada awal kegiatan sebagai masukan pengetahuan prasyarat yang dikatahui
siswa.
ü Mempersiapkan
rencana pembalajaran
ü Memilih
dan mempersiapkan sumber bahan belajar
ü Melaksanakan
proses pembelajaran
ü Melakukan
tanya jawab
ü Memberikan
evaluasi
ü Menyimpulkan
materi pembelajaran.
ü Membuat
lembar observasi kegiatan siswa
ü Menetapkan
hasil observasi pelaksanaan dan menganalisa hasil pembelajaran
Siklus
2 :
ü Menetapkan
rencana pembelajaran
ü Memperbaiki
proses pembelajaran hasil siklus 1 menghubungkan materi yang lalu dengan materi
yang akan diajarkan
ü Mendemontrasikan
media pembelajaran berupa gambar
ü Melakukan
Tanya jawab
ü Memberikan
evaluasi tertulis
ü Menerangkan
kembali materi yang baru diajarkan
ü Mengambil
data kegiatan pembelajaran II dan menganalisa data tersebut
Proses pembelajaran dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Pada
proses pembelajaran pertama, penulis menyusun rencana perbaikan pembelajaran
dengan mengambil topic dan cara pemecahan kemudian melaksanakan pembelajaran
serta menganalisis dan melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya.
b. Pada
perbaikan pembelajaran kedua, penulis membuat rencana perbaikan pembelajaran
berdasarkan hasil pada proses pertama kemudian melaksanakan pembelajaran serta
menganalisa data dan melakukan refleksi serta membuat laporan singkat tentang
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan kedua siklus dia
tas dapat digambarkan sebagai berikut:
![]() |
3.
Pengamatan
dan Pengumpulan Data/Instrumen
a.
Pengamatan
Pada tahap ini
dilakukan bersamaan pada waktu aktivitas proses pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru yang lain
(observer) dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mengetahui motivasi
belajar siswa. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan lembar
soal dengan penskoran, kemudian mencatat hasil evaluasi belajar dalam table
hasil belajar Siklus I dan Siklus II.
b.
Pengumpulan
Data/Instrumen
Untuk mengumpulkan data
yang diperlukan menggunakan instrument penelitian. Instrument penelitian yang
digunakan adalah instrument pengamatan dan instrument penelitian.
Dalam proses perbaikan
pembelajaran ini instrument yang digunakan sebagai pedoman pengamatan motivasi
belajar dan melakukan penilaian belajar siswa adalah sebagai berikut:
1.
Lembar
Pengamatan
Instrument lembar
pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa pada
proses pembelajaran Matematika di Kelas V SDN Mulya Jaya tahun pelajaran
2012/2013, dengan menggunakan alat peraga Kertas Berpetak.
2.
Lembar
Evaluasi
Instrument lembar
evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A
Match dengan cara menjawab pertanyaan/soal setelah proses pembelajaran siklus I
dan siklus II.
4.
Refleksi
Dari hasil observasi
dan hasil evaluasi hasil belajar siswa serta realisasi pelakasanaan
pembelajaran, penulis merefleksikan proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
Dapat dijelaskan bahwa menggunakan model pembelajaran Make - A Match dapat
memotivasi minat belajar dan meningkatkan prestasi belajar. Disamping itu guru
sadar bahwa dalam proses pembelajaran banyak hal yang mempengaruhi prestasi
belajar. Sebab ketika proses pembelajaran berlangsung dipengaruhi penggunaan model
pembelajaran Make - A Match dapat lebih membantu untuk mengkondisikan suasana
kelas.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Hasil
Penelitian
Hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran yakni keaktifan siswa mengikuti
pelajaran, kecapatan dalam menjawab soal dan pemahaman terhadap materi dan soal.
Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran, dan hasil ulangan siswa.
Adapun hasilnya sebagai
berikutL
No
|
Aspek
yang diamati
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1
|
Keaktifan
siswa mengikuti pelajaran
|
45,5%
|
90,9%
|
2
|
Kecapatan
menjawab soal
|
54,5%
|
87,9%
|
3
|
Pemahaman
terhadap materi dan soal
|
57,5%
|
93,9%
|
Penguasaan
materi pembelajaran siswa kelas V SDN Mulya Jaya berdasarkan hasil tes formatif
untum mata pelajaran Matematika selama proses pembelajaran, secara garis besar
dapat digambarkan sebagai berikut:
No
|
Nama
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1
|
EKO SETIAWAN
|
45
|
65
|
2
|
ELSA MONICA
|
80
|
100
|
3
|
HENDRA SAPUTRA
|
70
|
75
|
4
|
INDAH KINANTI
|
65
|
80
|
5
|
ISTIKA YUNI
|
80
|
100
|
6
|
LITA PURWATIH
|
50
|
75
|
7
|
MARJUKI
|
60
|
75
|
8
|
SAPARUDIN
|
70
|
80
|
9
|
SRI MULYATI
|
55
|
90
|
10
|
RENI AZIZAH
|
50
|
90
|
11
|
ZULMAN
|
50
|
100
|
No
|
Rentang
Nilai
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
||
1
|
80
– 100
|
2
|
9,09%
|
7
|
63,6%
|
2
|
60
– 79
|
4
|
27,3%
|
4
|
36,4%
|
3
|
<59
|
5
|
63,4%
|
0
|
0%
|
Hasil
ketuntasan belajar siswa
|
54,44%
|
100%
|
|||
B.
Deskripsi
Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian berupa aktivitas belajar siswa dapat dilihat bahwa persentase
siswa yang memperhatika materi pelajaran, naik dari setiap siklusnya. Hal ini
berbanding terbalik dengan intensitas guru dalam mengajar pada setiap siklus
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Hal itu juga terlihat pada persentase
hasil belajar setiap siklus pembelajaran pada mata pelajaran Matematika. Siswa
yang berada di grade sedang (60 – 79) dan tinggi (80 – 100) selalu mengalami
peningkatan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan persentase nilai siswa yang
berada di grade rendah (<59) yang selalu mengalami penurunan.
C.
Hasil
dari Setiap Siklus
1. Suklus
I
Pada siklus 1 tidak
menggunakan media pembelajaran sehingga guru memonopoli penjelasan dan selalu
mengulang-ulang ketika siswa belum jelas, pembahasan diskusi dan kesimpulan. Di
samping itu penjelasan guru berubah-ubah dalam segi konteks bahasa, penekanan,
dan cara walaupun konsep yang disajikan masih sama. Hal ini membuat hasil belajar
siswa pun rendah karena motivasi, konsentrasi, dan aktivitas siswa rendah.
2. Siklus
II
Siklus kedua guru tetap
menggunakan media pembelajaran kertas berpetak, tetapi menggunakan model
pembelajaran Make-A Match. Guru berusaha agar siswa lebih aktif lagi dengan
hanya membimbing dan mengarahkan untuk menemukan sendiri rumus bangun datar.
Kemudian guru mencoba menerapkan model pembelajaran Make-A Match (mencari
pasangan) yaitu dengan menggunakan kartu yang telah dibuat. Dalam kegiatan
mencari pasangan kartu siswa merasa senang dan tertantang untuk mengerjakan
soal dan yang lebih menyenangkan dari hasil ketuntasan belajar siswa 100% dapat
mencapai KKM yang telah ditetapkan dan banyak siswa yang mendapat nilai 100%.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1. Penggunaan
alat peraga Kertas Berpetak dan Model Pembelajaran Make-A Match dapat meningkatkan
hasil pembelajaran pada mata pelajaran matematika tentang bangun datar di kelas
V SDN Mulya Jaya Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan.
2. Dengan
adanya alat peraga kertas berpetak dan model pembelajaran Make-A Match dalam
proses pembelajaran terjadi interaksi dan komunikasi yang salah satu unsur
dalam proses komunikasi yang sangat menonjol peranannya.
B.
Saran
Penulis mempunyai beberapa saran atas
penelitian ini yaitu:
1. Kepekaan
guru terhadap kondisi siswa sangat diperlukan untuk menciptakan pembelajaran
yang optimal.
2. Adapun
bentuknya karena alat peraga sangat penting untuk itu sebagai seorang guru
tidak perlu ragu untuk menggunakan alat peraga di sekitar kita.
3. Sebaiknya
setelah melakukan pembelajaran guru selalu mengadakan intropeksi diri atau
refleksi diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi,
(1984). Program Pembelajaran Sisttem
Intruksional. Jakarta: Balai Pustaka
Asra,
(2007). Komputer dan Media Pembelajaran. Jakarta:
DEPDIKNAS
Djanmarah
Zain. Media Pembelajaran di SD. Jakarta:
DEPDIKNAS
Hamalik.(1982).
Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikti
http://sadiman2007.blogspot.com.
Diakses tanggal 27 Februari 2011
http://tarmizi.wordpress.com. Diakses
tanggal 27 Februari 2012.
Kusumah.(2009).
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.
PT Indek
Qonita
Alya, (2009). Kegiatan Belajar I, PT.
Indah Jaya. Adi Pratama
Ramadhan, Tarmizi. 2008.
Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”. (Online).
Roestiyah.(1982).Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta:
Bima Aksara
Sardiman.(1992).
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
CV. Rajawali
Sadiman. 2010. Model Pembelajaran
Make A Match. (Online).
Safrin,
(2004). Menganalisis Hasil Belajar atau
Bimbingan Siswa, Jakarta. Depdiknas
Tim,
(2000). Materi Pelatihan Guru di Sekolah
Dasar, Jakarta. Depdiknas
Tim,
(2007). Pemantapan Kemampuan Profesional,
Jakarta. Universitas Terbuka
Udin
S. Winataputra, M.A., Drs, (2004). Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta. Universitas Terbuka
Wardani.(2007).
Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Universitas Terbuka
Wardani,
I.G.A.K., (2004) Strategi Belajar
Mengjar, Jakarta. Universitas Terbuka
![]() |


